Selasa, 03 September 2013






POJOK LITURGI

APA MAKNA BERKAT PENUTUP DALAM PERAYAAN EKARISTI?

Saat penutupan Misa hampir tuntas, umat berdiri. Imam pun memberi Berkat terakhir. Inikah saat yang paling ditunggu umat? Bagi banyak umat, Berkat dianggap penting. Mungkin karena akan segera menuntaskan pertemuannya dengan Tuhan, akan menyempurnakan seluruh keterlibatannya dalam Misa, atau alasan lain lagi yang lebih bersifat pribadi. Tapi, ada saja umat yang tak memperhitungkannya, karena terbiasa sudah meninggalkan Misa begitu selesai menerima Komuni.

Berkat untuk umat didahului dengan Salam oleh imam. Dua unsur ini adalah suatu kesatuan. Bentuk ini dapat dipakai juga di luar Misa. Setiap kali imam hendak memberikan berkatnya, Salam diucapkan terlebih dahulu. Dalam Misa, memberkati itu dapat dilakukan dalam dua cara: sederhana dan meriah. Dipilih salah satu cara saja, sesuai dengan masa liturgi atau tingkat perayaannya.

Salam dan berkat
Dalam buku Ordo Romanus I terdapat bukti bahwa segera sesudah Misa ada kebiasaan Paus memberi berkat di ruang sakristi untuk para uskup. Mereka memintanya kepada Paus. Paus pun mengabulkannya dengan berkata: “Semoga Tuhan memberkati kita”. Mereka menjawab, “Amin”. Kebiasaan ini mungkin yang mengilhami untuk diterapkan juga oleh imam bagi seluruh umat.

Teks yang kini digunakan ternyata sudah ada sejak 1230. Dalam MR 1970, teks Salam itu sama dengan yang diungkapkan pada awal Misa, sebelum pemakluman Injil, atau awal dialog Prefasi: “Tuhan bersamamu”/ “Dan bersama rohmu”. Dalam Misa Pontifikal, ada tambahan dialog yang disampaikan uskup selebran dan dijawab umat.

Imam kemudian memberi berkat: “Semoga saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa: (+) Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”. Bila uskup yang memimpin, ia membuat tanda salib tiga kali untuk umat yang berada di sebelah kiri, depan, dan kanannya. Masing-masing
ketika mengucapkan nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Umat menundukkan kepala sambil membuat satu tanda salib pada dirinya dan menjawab “Amin”. Inilah tanda salib trinitaris kedua yang dilakukan umat, seperti yang pertama di awal Misa. Versi terjemahan bahasa Indonesia lebih panjang daripada bahasa Latinnya yang tak mencantumkan “dilindungi, dibimbing”, dan disusun dalam bentuk kalimat aktif (“Benedicat vos omnipotens Deus…”).

Yang lebih semarak
Pada hari-hari atau kesempatan tertentu, bagian akhir Misa ini dapat disemarakkan dengan Berkat Meriah atau dengan Doa untuk Umat (PUMR 90). Dalam buku Tata Perayaan Ekaristi (TPE) tersedia 21 jenis Berkat Meriah sesuai dengan masa liturgi atau kepentingan khusus. Dari pilihan untuk Misa dalam Masa Adven, Natal, santo-santa, hingga peringatan arwah.

Apa beda antara Berkat cara sederhana dengan cara meriah? Cara sederhana hanya menyebutkan Salam dan imam langsung mengulurkan kedua tangan ke atas umat dan memberi Berkat. Sementara dalam cara meriah, sesudah Salam dan sebelum Berkat ditambahkan tiga pernyataan harapan oleh imam (“Semoga…”) yang dijawab “Amin” oleh umat. Jadi, dalam cara meriah umat menjawab “Amin” sampai empat kali.

Masih ada satu pilihan bentuk lain untuk menambah kesemarakan, yaitu dengan sisipan Doa untuk Umat (oratio super populum). Imam membawakannya sesudah Salam dan sebelum Berkat. Kedua tangannya terulur ke arah umat. Dalam TPE terdapat 41 pilihan yang semuanya diakhiri dengan konklusi kristologis: “Dengan pengantaraan Kristus…”

Seperti biasanya Salam dan Tanda Salib dibuat di awal dan di akhir Misa. Dengan demikian mau dikatakan juga bahwa Misa berakhir seperti saat dimulai. Ada kelanjutannya. Suatu kegiatan baru pun dibuka, yakni untuk melakukan tugas perutusan sebagai pengikut Kristus. Maka, sebelum meninggalkan gereja, kita masih perlu juga mendengarkan kata-kata atau ajakan terakhir yang dinyatakan imam atau diakon.

Pastor Christophorus H. Suryanugraha OSC - HidupKatolik.com
--Deo Gratias--


sumber : Gereja Katolik FB

0 komentar:

Posting Komentar

  • Facebook
  • Twitter