Rabu, 13 Februari 2013

MUDA MUDI

Posted by OMK Santo Michael On 11.24 No comments
Orang muda. Anak muda. Orang dan anak. Istilah yang terasa bedanya. Klasifikasi berdasarkan usia. Terlintas kalimat “Orang-orang tua yang telah banyak berkelana dalam kehidupan seringkali belum tahu apa itu kehidupan. Kemudian kita, anak muda mengikuti jejak mereka dengan berbagai cara. Mulai dari meniru sampai dengan menentang melawan. Hasilnya, jejak mereka pun kita ikuti.” Klasifikasi berdasarkan usia ini rasanya seperti pengulangan yang memiliki tahapan kegiatan.

Dari kisah hidup Soe Hok Gie, yang pernah penulis lihat dari 2 sumber. Film dan buku. Ada tersurat bahwa saat itu, mahasiswa kerjanya hanya kuliah kemudian pulang. Bergaul dengan keasyikannya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri. Kemudian menimbun ilmu sendiri dan digunakan untuk kepentingan sendiri. Demi pekerjaan yang menjanjikan kelimpahan material, kepastian alur kehidupan, dan kemudahan mendapatkan keinginan. Sepertinya, sama dengan mahasiswa saat ini. Karyawan muda saat ini. Bahkan mungkin orang-orang tua saat ini.

Ketakutan akan ketidak pastian masa depan membuat manusia jatuh kepada sisi buruk oportunisme dan utilitarianisme. Sehingga, kata-kata oportunis dan utilitarianis seakan najis, padahal ada sisi baik di dalamnya. Para pemaki itu pun sebenarnya melakukan dua hal ini. Oportunis dalam menajiskan oportunisme membuat mereka mendapatkan kesempatan “terpandang” oleh sekitar, dan dengan pengaruh ini mencapai kemudahan. Utilitarianis dalam menajiskan utilitarianisme membuat mereka mendapatkan kegunaan untuk bersosialisasi dengan para penentang, membuat jejaring berdasarkan kegunaan masing-masing dan mencari kesempatan untuk mewujudkan keinginan. Sama saja.

Eksistensialisme orang-orang muda. Merasa hebat dan menentang para orang tua. Tetap saja tujuannya adalah untuk menunjukkan kekuatan. Bukankah orang-orang tua pun memberi arahan untuk menunjukkan kekuatan. Teguh pendirian orang muda dan keras tak mau menerima masukan, dengan tujuan mencapai keinginan dan membuktikan diri mampu menaklukan kehidupan. Seperti orang tua yang membuat aturan yang harus dijalani untuk menaklukan kehidupan dan mengatasinya.

Orang-orang muda melihat para orang tua, yang melahirkan kekaguman bagi dirinya. Kemudian mengikuti jejaknya dan seringkali terjebak untuk menjadi sang idola dengan cara cepat. Aku harus menjadi dia, katanya. Seringkali pula terjebak dalam alur dan pola kehidupan orang lain yang dijalaninya. Alur dan pola kehidupan pribadinya terbuang. Semua demi satu hal, menjadi sosok yang diidolakan. Dengan, sayangnya seringkali membuang sosok alamiah dirinya.

Banyak pengalaman yang hadir dari usia. Banyak kisah-kisah hidup yang dapat menjadi rujukan dan perbandingan. Hal-hal inilah yang menjadi pisau bermata dua dalam kehidupan. Satu sisi menjadi sarana mengisi kehidupan dengan kebijaksanaan, dan di sisi lain mengosongkan kehidupan dengan membuat orang mengikuti alur dan pola tertentu untuk mencapai suatu kondisi dan bentuk tertentu. Setelah bentuk dan kondisi ini tercapai, makna mulai dipertanyakan. Sepertinya sepanjang hidup dari muda hingga tua, makna selalu menjadi hal yang terlupakan namun selalu melekat. Melekat dan terlupakan.

Orang muda, malas belajar dari pengalaman untuk melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi. Mengikuti pola dan alur tercepat karena ingin cepat-cepat tua. Dalam lingkup definisi tua adalah mapan, memiliki posisi dalam kehidupan, mendapatkan yang diinginkan. Degradasi definisi ini pun akibat dari dua sisi tajam pengalaman.

Orang tua, merasa paling berpengalaman dan tidak mau melihat konteks. Melakukan penyama-rataan karena secara fakta memang pernah muda. Hanya tidak mau memandang muda pada tahun berapa, tanggal berapa dan dalam situasi dunia seperti apa. Sama saja. Orang tua dan orang muda, sama-sama dikendalikan hasrat untuk berkuasa.

Pengulangan-pengulangan pengalaman dan sejarah bukan menjadi hal yang aneh. Suatu kehidupan dengan pola yang sama, hanya dengan bentuk yang berbeda. Dengan jejak yang sama hanya dengan langkah yang berbeda. Dengan pesan yang sama, hanya saja yang satu dengan surat kertas dan satu lainnya dengan Blackberry messenger.

Orang-orang tua yang telah banyak berkelana dalam kehidupan seringkali belum tahu apa itu kehidupan. Kemudian kita, orang muda mengikuti jejak mereka dengan berbagai cara. Mulai dari meniru sampai dengan menentang melawan. Hasilnya, jejak mereka pun kita ikuti.

Dalam tahap awal, kehidupan serasa melepaskan diri seseorang dari kesadarannya. Yang ingin dikejar adalah kekuasaan dan penaklukan atas kehidupan. Tahap selanjutnya, pola-pola dan alur-alur yang hadir dari pengalaman, yang tadinya berniat untuk membantu para manusia mencapai jalan tercepat dalam  mencapai kesadaran mengatasi kehidupan, malah menjadi sistem penyamaan alur kehidupan. Setiap kesamaan akan menghasilkan persaingan. Seperti itulah kehidupan orang muda dan orang tua. Selalu berulang.


10 November 2011

https://www.facebook.com/groups/orangmudakatolik/doc/271752842861783/ 

0 komentar:

Posting Komentar

  • Facebook
  • Twitter