Rabu, 13 Februari 2013

OMK dan Kaderisasinya

Posted by OMK Santo Michael On 11.29 No comments
Orang Muda Katolik, satu kata yang penuh dengan makna, dinamika dan perjuangan. Sungguh menyenangkan dapat terus-menerus bergumul dengan orang muda, yang tak pernah diam pada satu sisi saja, selalu mencari perubahan, mencari sesuatu yang baru, mencari jati diri, menemukan Yesus dalam pergaulan yang semakin global. Hal ini yang membuat saya tak hanya berhenti pada tataran dialog namun juga turut terjuan dalam setiap sepak terjang orang muda, dimanapun dan kapanpun saya memiliki kesempatan.

Kaderisasi yang diadakan di Paroki Santo Barnabas ini telah menjadi bukti betapa sulitnya menjala domba-domba yang hilang di era modernisasi dan globalisasi yang kian menghantui kehidupan orang muda yang identik dengan semangat muda, ambisi serta emosinal yang tinggi. Menjadi orang muda seharusnya menjadi sebuah kebanggaan bagi setiap orang karena pada saat itulah ia sebagai manusia dipertanyakan jati dirinya, digembleng dalam kehidupan duniawi untuk menjadi dewasa kelak pada umurnya.

Proses kaderisasi yang dirangkai dalam waktu singkat ini seakan mengajak saya melihat kembali bagaimana saya sebagai orang muda dapat menjadi berarti bagi orang muda yang lain. Saya banyak belajar dalam keseluruhan proses ini, setiap pernyataan dan tindakan menjadi sebuah renungan untuk melihat sejauh apa saya memaknai iman saya sebagai orang muda. Seiring proses ini berjalan, saya menemukan bahwa mungkin saya salah dalam memahami orang muda, memahami orang muda itu sulit, tak semudah membalik tangan. Semua logika dan idelisme yang selama ini saya geluti terasa didobrak oleh pola pikir sederhana yang dimiliki orang muda lain.

Dari sisi lain, orang muda kerap kali dipandang sebelah mata bahkan mungkin dengan mata tertutup saja dirasa cukup. Munculnya keraguan dari orang muda terdahulu kian mengucilkan makna orang muda sebagai penentu dan pemilik masa depan. Hal ini pula yang kemudian mengerucutkan pola pandang orang muda kini untuk terus berjuang bahkan dengan semangat tinggi ingin menerbos tembok-tembok perkasa yang kerap menghalangi jalan orang muda untuk maju menjadi yang terdepan. Sulit memang, tapi inilah kenyataannya, dimana orang muda selalu saja diharapkan untuk menjadi penerus saja, untuk mengikuti apa yang sudah ada, mengikuti kata-kata para seniornya, dan menjalankannya sesuai dengan yang diperintahkan. Tidak perlu kreatifitas, tidak perlu memandirikan diri, dan tidak perlu berkutat dengan logika dan idelisme. Yang ada hanya ya dan tidak.

Melihat itu semua, saya merasa iba pada orang muda terdahulu yang tidak mau bercermin terlebih dahulu sebelum memberikan cermin mereka pada orang muda masa kini yang jelas pasti akan berbeda. Mungkin kini saatnya bagi orang muda untuk melangkah lebih jauh dari para pendahulu sehingga mereka tidak lagi akan mengerti apa yang orang muda kerjakan, tetapi justu mereka akan melihat dan mengikuti orang muda yang kini tengah terbakar oleh semangat pelayanan, kasih dan persaudaraan. Saya sendiri ingin belajar dari mereka yang terdahulu, namun melihat sikap ini, hati saya menjadi sedih, dan penuh luka. Saya tidak ingin seperti mereka yang kehilangan itegritasnya, saya ingin orang muda ini maju dan menjadi yang terdepan. Saya ingin mereka melakukan apa yang mereka suka, apa yang mereka pikir itu baik, dan apa yang mereka pikir itu benar, sampai pada saatnya nanti saya yakin mereka akan belajar dari apa yang telah mereka lewati, hingga menemukan makna tersediri sebagai Orang Muda Katolik yang di cita-citakan oleh Allah.

Belajar dari proses pendampingan ini, saya melihat bahwa orang muda lebih menghargai pengalman mereka sendiri ketimbang pengalaman orang lain, mendampingi mereka itu perlu, tapi perlu juga membatasi pendampingan agar tidak memaksakan logika dan idelisme pendamping dan menghilangkan pelajaran yang akan mereka peroleh dari kehidupan muda mereka.

-=Malik=-

https://www.facebook.com/groups/orangmudakatolik/doc/240143262689408/

0 komentar:

Posting Komentar

  • Facebook
  • Twitter